Pelayanan KB dan Pelayanan Lansia

BAB I
PENDAHULUAN

I.1             Latar Belakang        
Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan dan merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai pada kematian. Oleh karena itu pelayanan kesehatan reproduksi harus mencakup empat komponen esensial yang mampu memberikan hasil yang efektif dan efisien bila dikemas dalam pelayanan yang terintegrasi. Salah satu dari empat komponen esensial yaitu Keluarga Berencana.

Pelayanan Keluarga Berencana perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi, maka pelayanan KB harus menjadi lebih berkualitaas serta memperhatikan hak – hak dari klien dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.

Masa lanjut merupakan periode penutup dalam rentan hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan keatian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

I.2               Tujuan 
1.      Untuk mengetahui pelayanan kontrasepsi di masyarakat.
2.      Untuk mengetahui pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi di masyarakat.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1      Pelayanan Kontrasepsi
A.    Pengertian Program KB
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi gerakan KB nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. (Sarwono,1999).

B.     Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi programm KByaitu  membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :
·         Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
·         Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

C.    Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

D.    Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB meliputi :
1.      Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2.      Konseling
3.      Pelayanan Kontrasepsi
4.      Pelayanan Infertilitas
5.      Pendidikan sex (sex education)
6.      Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7.      Konsultasi genetik
8.      Tes keganasan
9.      Adopsi

           
E.     Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program  
                 
Pelayanan KB
Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain:
1.      Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2.      Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3.      Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong danmenggerakkan potensi yang  dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4.      Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5.      Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6.      Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.    15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b.    15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c.    30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :
a.      Tahap perluasan jangkauan
Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :
1)     Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar
2)     Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik
b.      Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-momentum besar.



c.      Tahap pembudayaan program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia. Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra
Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :
1.      Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
2.      Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagaicalon ibu atau ibu,  merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi.
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga  dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.
Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3.     Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4.     Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KBbidan, dokter  berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

II.2      Pelayanan Lansia
1.      Pengertian
A.    Pelayanan
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyrakat.
Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyrakat.



B.     Lanjut Usia
Masa lanjut merupakan periode penutup dalam rentan hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan keatian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkn lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age )45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
     
C.    Kesehatan reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah




2.      Masalah Kesehatan Gerontik
A.    Masalah kehidupan sexual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman.
Hubungan seksual pada suami istri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit atau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri engan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
                
B.     Perubahan perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya : daya ingin merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.

C.    Pembatasan Fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemundurun terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

D.    Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia.
Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien  dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretika berfungsi untuk mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebabkan ketidaknyaman lansia.

E.     Penggunan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologis pada lansia efek obat yang luas, terasuk efek samping obat tersebut. Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cendrung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetapp bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat.
Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
·         Bingung
·         Lemah ingatan
·         Penglihatan berkurang
·         Tidak bias memegang
·         Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan dijalankan.
F.     Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.
3.      Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut
1.      Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia
Dengan berhentinya produksinya homon estrogen, genetalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
a.       Vagina
Sejak klimaterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis. Perubahan ibni sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kuranng laju pendangkalan atau pengecilan genetalia eksterna.
b.      Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol,bahkan lama-lama akn merata dengan dinding jaringan.
c.       Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaan menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum , perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umunya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
d.      Payudara ( Glandula mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar , kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan i ni disebabkan oleh karena antrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari  anterior mempengaruhi secara histologik mapun fungsional, begitu pula kelenjar teroit dan adrenal menjadi “keras” dan mengakibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kaang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

2.      Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a.       Produksi testoteron menurun secara bertahap
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan. Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis,  dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemmpuan untuk membuahi ovum.
b.      Kelenjar prostat biasanya membesar
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria di atas usia 40 tahun dan 90% pria di atas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukanterapi lebih lanjut.
c.       Respon seksual terutama fase penggairahan (desire)
Menjadi lambat ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotung berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada ototsadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lamasebelum mencapai orgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
d.      Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan miotonia dan vasokongesti, serta masa refraktermemanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.
e.       Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit.
f.       Ereksi pagi hari (morning erektion) semakin jarang terjadi

4.      Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi  terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1.      Azaz
Menurut WHO (1991) adalah to add life to the years dead have been added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fullfilment), dan kehormatan (dignity).
Azaz yang di anut oleh departemen kesehatan RI adalah add life to the years, add health to life and add years to lifeyaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, memperpanjang usia.
2.      Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalahsebagai berikut :
a.       Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefit of social devlopment)
b.      Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individualiti of aging persons)
c.       Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d.      Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e.       Memberikan perawatan dirumah (home care)
f.       Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessbility)
g.      Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi (engaging the aging)
h.      Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i.        Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productifity)
j.        Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self health care and family care)
3.      Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaitu promotif, prefentif, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a.       Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses adfokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma – norma sosial.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
1.      Mengurangi cidera
2.      Meningkatkan keamanan ditempat kerja
3.      Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
4.      Meningkatkan keamanan, penanganan makan dan obat obatan
5.      Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b.      Prefentif
Pencegahab primer, meliputi :
1.      Program imunisasi
2.      Konseling
3.      Dukungan nutrisi
4.      Eksercise
5.      Keamanan didalam dan sekitar rumah
6.      Manajemen stres
7.      Menggunakan medikasi yang tepat   
Pencegahan skunder, meliputi :
Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan skunder :
1.      Kontrol hipertensi
2.      Deteksi dan pengobatan kanker
3.      Skrining: pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut,
Pencegahan tersier dilakukan sesuai gejala penyakit dan cacat .Jenis  pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih berfungsi.

c.       Rehabilitatif, prinsip rehabilitatif meliputi :
1.      Pertahankan lingkungan aman
2.      Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3.      Pertahankan kecukupan gizi
4.      Pertahankan fungsi pernapasan
5.      Pertahankan aliran darah
6.      Pertahankan kulit
7.      Pertahankan fungsi pencernaan
8.      Pertahankan fungsisaluran perkemihan
9.      Meningkatkan fungsi pisiko sosial
10.  Pertahankan komunikasi
11.  Mendorong pelaksanaan tugas


           
           







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Konseling Kebidanan

Role play konseling pada remaja

Makalah Sumber Etika