Makalah KB Alamiah / Sederhana

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasihnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kontrasepsi metode sederhana/alamiah”. Semoga makalah ini mampu menambah wawasan bagi para pembaca maupun pendengar mengenai topik tersebut.
            Kami  mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan kepaa kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

                                               
                                                                        Bandar lampung,22 Mei 2014










DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................                     
KATA PENGANTAR....................................................................... 1                  
DAFTAR ISI ...................................................................................... 2                  
BAB I.  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................... 3
           
1.2. Rumusan Masalah...............................................................3

1.3. Tujuan.................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN
            II.1. Metode Kalender..............................................................4
            II.2. Metode Suhu Basal...........................................................4
            II.3. Metode Lendir Serviks.....................................................4
            II.4. Metode Coitus Interuptus.................................................
BAB IV. PENUTUP
           
            IV.1. Kesimpulan.....................................................................
.
            IV.2. Saran...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................











BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana adalah suatu sistem untuk mengatur dan merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan dalam sebuah pernikahan. Hal ini sangat dianjurkan dan memang banyak manfaat yang dirasakan, kuantitas sedikit tapi lebih bermutu itu lebih baik dari pada kuantitas banyak tapi mutunya kurang. Penggunaan KB dapat memplaning masa depan anak dan juga tentang gizi anak tentunya lebih terjamin karena sudah ada perencanaannya.
Di Indonesia keluarga berencana mulai dikenal pada tahun 1953 pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat mulai membantu masyarakat, untuk menggunakan alat kontrasepsi. Namun demikian di Indonesia pemilihan cara kontrasepsi tentu saja yang mempunyai efektivitas tinggi, aman, murah dan praktis. Tapi sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang sempurna dan sangat ideal bagi semua pihak, memilih salah satu cara kontrasepsi bagaimanapun jauh lebih baik daripada tidak memakai kontrasepsi sama sekali.

I.2. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu Metode Kalender?
2.      Apa itu Metode Suhu Basal?
3.      Apa itu Metode Lendir Serviks?
4.      Apa itu Metode Coitus Interptus?
I.3. TUJUAN
1.      Mengetahui Metode Kalender.
2.      Mengetahui Metode Suhu Basal.
3.      Mengetahui Lendir Serviks.
4.      Mengetahui Coitus Interptus.



BAB II
PEMBAHASAN
II.1. METODE KALENDER
II.1.1. Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak  melakukan senggama atau pada masa subur atau ovulasi.
II.1.2. Manfaat
§  Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi
§  Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
§  Dapat di gunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur atau ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
II.1.3. Keuntungan
§   Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
§   Dapat digunakan oleh wanita yang sehat.
§   Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapan nya.
§   Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
§   Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
§   Tidak memerlukan biaya.
§   Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
II.1.4. Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
a)    Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
b)    Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
c)     Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksualsetiap saat.
d)    Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
e)    Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
f)     Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
g)      Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
II.1.5. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
II.I.6. Cara KB Kalender
Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan, dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani selama 48-72 jam, jadi suatu konsepsi mungkin akan terjadi kalau koitus dilakukan 2 hari sebelum ovulasi. Hendaknya sebelum memakai cara para pemakai harus diberikan penerangan medik yang jelas tentang cara ini. Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:    
1)      Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
2)      Fertility phase (masa subur).      
3)      Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi alami (Kb alami) dan sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan sanggama pada masa subur.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui massubur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur:
1)        Bila siklus haid teratur (28 hari) :

a.    Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1.

b.    Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid

Contoh:

Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal 9 Januari ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 januari dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Januari. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga tanggal 24 Januari. Pada tanggal-tanggal tersebut suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus (senggama dimana tidak mengeluarkan sperma didalam).

2)        Bila siklus haid tidak teratur :

a.       Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya, catat panjang pendeknya.

b.      Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
c.        Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur
Contoh :

Seorang isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek 26 hari dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya)
Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Jila ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus.


Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat menghindari risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. Bagi keluarga yang kesulitan untuk mendapatkan alat kontrasepsi sangat cocok untuk menggunakan metode kontrasepsi ini selain tidak memerlukan biaya juga tidak perlu mencari tempat pelayanan kontrasepsi. Menggunakan sistem kalender perlu kerjasama yang baik antara suami istri karena metode ini perlu kemauan dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. Masa berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak bisa menanti sehingga melakukan hubungan pada waktu masih berpantang. Tapi bukan masalah bila saja pasangan membiasakan menggunakan kondom pada saat subur.

Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:

1.      Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).

2.      Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3.      Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4.      Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5.      Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
II.1.7. Efek Samping
1.      Kemungkinan gagal cukup besar, terutama jika terjadi perubahan siklus dan ovulasi.
2.      Tidak bisa berhubungan badan sewaktu-waktu karena sudah ditentukan hari yang aman dan tidak untuk hubungan badan. pada beberapa pasangan hal ini akan mengganggu spontanitas dalam hubungan.
3.      Butuh komitmen bersama dengan pasangan, demi suksesnya metode kalender.



II.2. METODE SUHU BASAL
II.2.1. Pengertian
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.

II.2.2. Manfaat

            Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
Manfaat kontrasepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.

II.2.3. Efektifitas
           
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saatovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau 20-30 kehamilan per 100wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun.Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lainseperti kondomspermisida ataupun metodekalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
                                                                                  
II.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh

Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:
Penyakit.
1.      Gangguan tidur.
2.      Merokok dan atau minum alkohol.
3.      Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
4.      Stres.
II.2.5. Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
1.      Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
2.      Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
3.      Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
4.      Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi sepertiperubahan lendir serviks.
5.      Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.




II.2.6. Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1.    Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2.    Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3.    Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakitgangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba
4.    Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5.    Tidak mendeteksi awal masa subur.
6.    Membutuhkan masa pantang yang lama.
II.2.7. Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
1.      Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat tidur).
2.      Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3.      Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
4.      Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
5.      Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line)atau garis suhu.
6.      Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
7.      Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
8.      Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.
9.      Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Catatan:
Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.
Contoh. Pencatatan pengukuran suhu basal tubuh
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd0cBl9Db_AS6h3Sd_Bq_536icKZwllk3dYuSFIQxGWi51EFPCgUcsYijsR3N_yK0TbnS5tpq-obegf-N2k8GN3WkyUnqntZipAPEf8AIZu4QTG9cBF9n0Nj3kWlGHKWQAOjmjqOu7Eqbq/s320/metode-suhu-basal-tubuh.gif

 II.3. METODE MUKOSA/LENDIR SERVIKS
II.3.1. Pengertian
Adalah metode yang aman dan ilmiah untuk mengetahui kapan masa subur wanita. Cara ini dapat dipakai untuk menjadi hamil maupun untuk menghindari atau menunda kehamilan. Metode ini diterapkan berdasarkan pengamatan diri sendiri terhadap gejala-gejala yang secara alamiah dialami oleh setiap wanita yang normal.
II.3.2. Kegunaan
a. Suami istri dapat merencanakan atau menunda kehamilan
b. Menentukan waktu yang dikendaki untuk hamil
c. Menentukan jenis kelamin anak yang diinginkan.
Pelaksanaan Metode Ovulasi
Ada 2 syarat yang harus dipenuhi agar cara ini betul-betul dapat diandalkan sebagai KB yang aman:
1.      Dari pihak istri, harus membiasakan diri untuk memperhatikan keadaan tubuh sendiri untuk dapat mengerti dan memastikan kapan masa suburnya.
2.      Dari pihak suami, perlu kerelaan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tubuh istrinya dalam melakukan senggama.
II.3.3. Efektifitas
95% bila dilakukan dengan cermat, tingkat keefektifitasannya mencapai 97%. MOB tidak memerlukan obat, apalagi alat. Cukup mengenali lendir kesuburan, dan itu bisa dilakukan semua perempuan. Efektif dilakukan untuk perempuan segala masa reproduksi, remaja, sedang menyusui maupun menjelang menopause.
II.3.4. Keuntungan
a. Tidak memiliki resiko kesehatan
b. Disetujui agama
c. Metode ini cukup berhasil bila suami istri memiliki motivasi
d. Membuat wanita lebih waspada dan mengenal siklus haidnya.
II.3.5. Kelemahan
Memerlukan ketelitian dan harus mengikuti langkah-langkah untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Pasangan suami istri harus mempunyai motivasi yang kuat. Karena siklus menstruasi dan masa subur sangat bervariasi, metode ini memerlukan penyesuaian.
II.3.6.  Manfaat
a. Kontrasepsi
1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
3) Tidak ada efek samping sistemik
4) Murah tau tanpa biaya.
b. Non kontrasepsi
1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2) Menambang pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.
3) Memungkinkan mengeratkan hubungan melalui peningkatan komunikasi suami istri.
II.3.7. Keterbatasan
               
a. Kontrasepsi
                        1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
                        2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
            3) Tidak ada efek samping sistemik
            4) Murah tau tanpa biaya.
            b. Non kontrasepsi
            1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
            2) Menambang pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri.
            3) Memungkinkan mengeratkan hubungan melalui peningkatan komunikasi suami istri.
II.4. COITUS INTERUPTUS
II.4.1. Pengertian
Metode koitus interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim wanita. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya pembuahan (kehamilan) bisa dikurangi.
II.4.2. Cara Kerja
Alat kelamin pria dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
II.4.3. Manfaat
a. Efektif bila digunakan dengan benar.
b. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
c. Dapat digunakan setiap waktu
d. Tidak membutuhkan biaya.
e. Tidak membutuhkan obat atau alat sehingga relatif sehat untuk perempuan
f. Tidak mengganggu produksi ASI
g. Tidak ada efek samping
h. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana.
i. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.
II.4.3. Keterbatasan
Beberapa penelitian menyatakan resiko kegagalan teknik ini cukup tinggi. Ini disebabkan karena kontrol teknik ini sepenuhnya diserahkan pada pihak pasangan. Ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang pria untuk merasakan tanda ejakulasi dan kecepatannya untuk menarik penis dan mendapatkan orgasme di luar vagina.
Keterbatasan metode ini adalah :
a. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya.
b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekap pada penis.
c. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.
II.4.4.  Pasangan Yang Cocok Memakai Metode Coitus Interuptus
a. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
b. Pasangan yang tidak ingin menggunakan metode KB lainnya
c. Pasangan yang membutuhkan kontrasepsi dengan segera.
d. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode lainnya
e. Pasangan yang memerlukan metode pendukung
f. Pasangan yang melakukan hubungan seksual secara tidak teratur
.
II.4.5. Pasangan Yang Tidak Cocok Memakai Metode Coitus Interuptus
a. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
b. Pria yang sulit melakukan senggama terputus
c. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerjasama
d. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
e. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
II.4.6. Hal-hal yang harus di perhatikan
a.       Meningkatkan kerjasama dan membangun saling pengertian sebelum melakukan hubungan seksual dan pasangan harus mendiskusikan dan menyepakati penggunaan metode senggama terputus.
b.      Sebelum berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
c.       Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina
d.      Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya
e.       Tidak dianjurkan pada masa subur.
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama anda kenal. KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak Anda, dan menentukan sendiri kapan Anda ingin hamil. Bila Anda memutuskan untuk tidak segera hamil sesudah menikah, Anda bisa ber-KB.Layanan KB di seluruh Indonesia sudah cukup mudah diperoleh. Ada beberapa metoda pencegahan kehamilan, atau penjarangan kehamilan, atau kontrasepsi, bisa Anda pilih sendiri.
Tak seorang pun boleh memaksa Anda mengikuti program KB. tak seorang pun bisa menggunakan alat KB tertentu bila itu bukan pilihan Anda. Tetapi kalau alat yang Anda pilih bisa membahayakan diri Anda sendiri atau, memperparah penyakit yang sudah anda derita, pekerja kesehatan mungkin menyarankan alat lain yang mungkin lebih aman. Meskipun tidak ada paksaan, bila Anda telah mengerti risiko-risiko yang mengancam kesehatan atau bahkan keselamatan Anda sendiri sehubungan dengan kehamilan dan persalinan, selayaknya Anda mengikuti program KB atas kesadaran sendiri.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.










DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Varney, Helen : Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC, 2006.
Wiknjosastro, Hanifa : Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama




























 

 


                              









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Konseling Kebidanan

Role play konseling pada remaja

Makalah Sumber Etika