Partnership bidan dan perempuan dalam pelayanan kebidanan (DIV KEBIDANAN KOMUNITAS)

PARTNERSHIP BIDAN DAN PEREMPUAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Oleh : Stefani Vlorensya Tuasela

A. Woman Centred Care
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, kepada masyarakat khususnya perempuan. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah masyarakat khususnya perempuan yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
1. Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota timyang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
 
3. Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke system layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun vertikal atau meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
Adapun pelayanan dan penyuluhan yang diberikan adalah masalah kesehatan untuk bayi dan balita, kesehatan untuk ibu hamil, kesehatan untuk ibu menyusui, kesehatan untuk keluarga, kesehatan reproduksi wanita usia subur, kesehatan reproduksi wanita usia lanjut, dan kesehatan reproduksi tingkat remaja.
 
Kesadaran kaum perempuan yang semakin meningkat tentu akan membuat mereka hidup lebih berkualitas. Lebih lanjut, masyarakat berharap kegiatan penyuluhan tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan dapat berkesinambungan. Harapan itu terpenuhi dengan dibangunnya TBK oleh BKM melalui program P4, yang kemudian digunakan sebagai tempat belajar bersama untuk meningkatkan berbagai pengetahuan masyarakat melalui diskusi bersama dan peningkatan keterampilan lainnya.
 
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan yang lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:
- Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau kematian yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas
- Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan keinginannya, menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan menjaga kehamilan sampai waktu persalinan
- Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri

B. Continuity of Care
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Siklus hidup reproduksi merupakan permasalahan yang tidak ditangani dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya. Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima tahap, yaitu
 
1. Konsepsi
2. Bayi dan Anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut
Pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, kunjungan pasca melahirkan, penyuluhan kesehatan ASI, KB dan lain-lain.




Pelayanan berkesinambungan dalam daur kehidupan wanita
No Periode Contoh Pencegahan dan promosi kesehatan Masalah/Tindakan
1 2 3 4
1. PraKonsepsi - Pengenalan dini riwayat infeksi toksoplasma, Rubella, Sitomegalo Virus, herves,dll. - Pemeriksaan imunologis dan terapi.
2. Konsepsi - Pengenalan dini kelainan genetik (keturunan) dll. - Pemeriksaan sitogenetik, tindakan korektif intra uterin (perbaikan dalam kandungan) dll.
3. PraKelahiran
(1- 40 mgg) - Pengenalan dini malformasi (kesalahan bentuk) dalam perkembangan janin. - Pemeriksaan Ultrasonografi, Terminasi Kehamilan.
4. PraPubertas
(0bln–12 bln) - Pencegahan infeksi kekurangan kalori, protein, mineral, dan vitamin. - Imunisasi, perbaikan gizi,
 
- Pembinaan kebugaran jasmani.
5. Pubertas/remaja
(13th-20th) - Penkes tentang penyakit seksual menular dan kehamilan. - Komunikasi, Informasi dan edukasi Agama, etika dan moral serta pendidikan seks.
6. Reproduksi - Pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman - Penggunaan kontrasepsi rasional, perawatan antenatal, pemberian ASI.
7. Menopouse
(45th-55th) - Deteksi dini keganasan (kanker) alat kelamin dalam (genitalia interna). - Tes Paps, biopsi dan kurtase.
8. Pasca Menopouse
(50th-65th) - Deteksi dini osteoporosis (rapuh tulang) penyakit jantung koroner. - Terapi hormonal, gizi.
9. Lansia (senium) - Penurunan fungsi fisiologis/fisik yang berat - Gizi cukup



C. Empowerment Woman
Pada bulan September 1994 di Kairo, 184 negara berkumpul untuk merencanakan suatu kesetaraan antara kehidupan manusia dan sumber daya yang ada. Untuk pertama kalinya, perjanjian internasional mengenai kependudukan memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan sebagai tema sentral.
 
Konferensi Internasional ini menyetujui bahwa secara umum akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi harus dapat diwujudkan sampai tahun 2015. Tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan, pelaksana-pelaksana program serta para advokator adalah mengajak pemerintah, lembaga donor dan kelompok-kelompok perempuan serta organisasi nonpemerintah lainnya untuk menjamin bahwa perjanjian yang telah dibuat tersebut di Kairo secara penuh dapat diterapkan di masing-masing negara.
Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan perempuan dan laki-laki berhubungan dengan masalah seksualitas dan penjarangan kehamilan. Tujuan dari program-program yang terkait serta konfigurasi dari pelayanan tersebut harus menyeluruh, dan mengacu kepada program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
 
Komponen yang termasuk di dalam kesehatan reproduksi adalah:
1. Konseling tentang seksualitas, kehamilan, alat kontrasepsi, aborsi, infertilitas, infeksi dan penyakit;
2. Pendidikan seksualitas dan jender;
3. Pencegahan, skrining dan pengobatan infeksi saluran reproduksi, penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan masalah kebidanan lainnya.
4. Pemberian informasi yang benar sehingga secara sukarela memilih alat kontrasepsi yang ada;
5. Pencegahan dan pengobatan infertilitas;
6. Pelayanan aborsi yang aman;
7. Pelayanan kehamilan, persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan pasca kelahiran; dan
8. Pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak-anak.
 
Kualitas pelayanan merupakan prioritas dan ini harus didukung dengan:
1. Menerapkan metode yang kompeten dengan standar yang tinggi (maintaining high standards of technical competence);
2. Melayani klien dengan rasa hormat dan bersahabat;
3. Merancang pelayanan agar dapat memenuhi kebutuhan klien; dan
4. Menyediakan pelayanan lanjutan.
Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan memperkirakan bahwa setiap tahun diperlukan dana sekitar US$17 juta sampai tahun 2000 untuk menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi di negara-negara miskin yang dapat diakses secara umum.
 
Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:
- Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;
- Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat terwujud; dan
- Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.
- Hak hidup
- Hak menikah
- Hak hamil atau tidak hamil
- Hak seksualitas
- Hak menggunakan kontrasepsi
- Hak terbebas dari PMS
- Mendapat informasi & pelayanan yang berkualitas
Dengan memodifikasi program KB dan program kesehatan lainnya agar dapat :
- Memperluas jangkauan pelayanan terhadap perempuan yang mempunyai kebutuhan akan hal-hal yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan kesehatan seksual;
- Secara intensif melatih dan memberikan supervisi kepada staf dan memberlakukan sistem-sistem yang memberikan kualitas pelayanan yang baik, tidak hanya terpaku kepada jumlah klien yang dapat dilayani;
- Merancang pelayanan yang menjaga hak-hak perempuan dan mendorong pemberdayaannya;
- Menyediakan informasi dan pelayanan terhadap perempuan yang lebih muda atau lebih tua dari usia reproduksi, tanpa melihat status perkawinannya;
- Mendorong dan mendukung peran laki-laki untuk ikut ambil bagian dalam pembagian tanggung jawab terhadap tingkah laku seksual dan reproduksinya, masa kehamilan, kesehatan ibu dan anak, penjarangan kehamilan, infeksi PMS dan HIV/AIDS serta kekerasan; dan
- Mendukung penelitian untuk mengisi kesenjangan terhadap pengetahuan yang berkaitan dengan masalah teknologi dan pelayanan termasuk di dalamnya adalah microbicides, metode-metode untuk men-diagnosa PMS, pengobatan PMS yang terjangkau serta pelayanan kegawatdaruratan kebidanan.
Beberapa prinsip yang harus digarisbawahi adalah:
- Program-program dan pelayanan harus dirancang sesuai dengan kondisi-kondisi yang ada dan menjamin bahwa pelayanan ini dapat dimanfaatkan dan dijangkau oleh seluruh perempuan;
- Rancangan program dan penerapannya harus melibatkan perempuan dari berbagai latar-belakang; dan
- Program harus mendukung baik laki-laki maupun perempuan dalam hal pembagian tanggung jawab dari tingkah laku seksual, masa subur, dan kesehatannya serta keberadaan pasangan dan anak-anaknya.
Hak-hak Reproduksi dapat Terjamin
- Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya terpenuhi
- Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan sekualitas dan masalah reproduksi; dan
- Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya, mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.
Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini diambil dari hasil kerja International Women’s Health Advocates Worldwide.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Konseling Kebidanan

Role play konseling pada remaja

Makalah Sumber Etika